Selasa, 19 Juni 2012

NAVIGASI DARAT


NAVIGASI DARAT
Pendahuluan

 

SEJARAH NAVIGASI DARAT


Dimana kita berada diatas muka bumi, atau dimana pun itu, kita selalu terikat oleh “ruangan” yang tak tentu ujungnya. Di dalam ruangan ini pada tempat berdiam gunung yang tinggi, hutan lebat, sungai dan laut, dan lain-lain yang ada di muka bumi. Kita membutuhkan dimensi yang dapat menjadi ruang gerak kita. Namun “ruangan” ini terlalu luas bagi indera kita, mata khususnya untuk dapat melihat seluruh tepinya. Ketika ini di sadari manusia mencoba untuk membuat sketsa ruangannya dalam betuk yang jauh lebih kecil agar dapat mengamati ruang gerak mereka, untuk berbagai kepentingan, seperti militer, penelitian, pelayaran, pendakian, dan lain-lain. Sketsa ini kemudian dikenal sebagai “peta”. Catatan tertua tentang ini adalah sketsa yang dibuat pada tablet dari tanah liat bakar oleh bangsa Babilonia di Mesopotamia, Irak sekarang, sekitar tahun 2500 SM. Namun mungkin sebelum itu manusia purba telah membuat coretan-coretan sketsa wilayah mereka diatas tanah. Kemudian ditemukan pula sketsa peninggalan suku Indian Aztec dan sketsa pulau es oleh bangsa Eskimo Tua.
Peta saja kurang dapat berguna bagi para pioner yang akan melintasi daerah baru, mereka kemudian memerlukan teknik orientasi medan sehingga berkembanglah peralatan dan teknik yang sangat membantu disini, misalnya ilmu navigasi. Navigasi mula-mula digunakan dalam pelayaran (navigation = ilmu pelayaran) yaitu teknik yang digunakan untuk menentukan posisi kapal berdasarkan peta bintang langit atau pulau terdekat yang nampak. Namun ternyata daratanpun (meski hanya sepertiga permukaan bumi adalah daratan) masih jauh lebih luas daripada jangkauan mata manusia, sehingga teknik navigasi juga dikembangkan di daratan, pertama kali digunakan untuk kepentingan militer.
Catatan pertama tentang penggunaan teknik navigasi untuk pendakian adalah ketika dilakukan pendakian gunung pertama di dunia yang tercatat adalah oleh Antoine de Ville tahun 1942, bendaharawan Raja Karel VIII dari Perancis, yang juga sempat bermalam selama tiga hari di puncak Mount Arguille Dauphine (2064m) dekat Grenoble. Laporan berisi lengkap dan terperinci mengenai jalur pendakiannya.
Bahkan Edward Whimper, pemimpin pendakian paling tragis
 di puncak Matterhon (4406m) di Alpen Pennina antara Swis dan Italia tahun 1869 juga mencatat sketsa-sketsa jalur menuju puncaknya, lalu melakukan survey beberapa kemungkinan sebelum kemudian ber”ziarah” ke puncaknya.
Ini membuktikan betapa akrabnya hubungan olahraga alam bebas dengan kemampuan navigasi khususnya di darat. Kemudian juga kejadian-kejadian hilangnya pendaki muda di Indonesia, yang kebanyakan terlalu meremehkan kemampuan ilmu medan.
Perkembangan selanjutnya navigasi darat sudah diperlombakan, sehingga bukan hanya berfungsi menjadi suatu “penjelajahan daerah baru”, tetapi juga dapat seperti olahraga lainnya, misalnya Orienteering. Permainan ini untuk melatih dan meningkatkan kemampuan navigasi darat dan ketepatan dalam mengambil keputusan. Kompetisi orienteering juga sering dilakukan sebagai lomba berskala internasional, dan di Amerika Serikat dan Kanada sudah menjadi hal yang biasa mulai diperlombakan tahun 1966. Di Indonesia baru tahun 1990, kompetisi orienteering ini diselenggarakan oleh Wanadri komisariat ITB yang masih ditujukan untuk kalangan Mahasiswa dan Umum.
Untuk mengantisipasi makin meningkatnya pendakian di gunung-gunung tropis di Indonesia dan juga dengan berkembangnya olahraga orienteering ini, maka perlu sekali dikenali teknik-teknik dalam navigasi darat ini lebih baik.

PENGERTIAN

Navigasi darat adalah teknik untuk menentukan kedudukan/posisi subyek dan arah lintasan di darat secara tepat. Subyek disini adalah pengguna (navigator).
Navigasi darat sangat bermanfaat untuk kegiatan-kegiatan outdoor atau suatu penelitian di lapangan/medan yang sangat luas. Untuk ini, seorang navigator harus memahami dengan sungguh-sungguh tentang:
·        Ilmu/orientasi medan
·        Interpretasi peta
·        Penggunaan alat pedoman arah
·        Penggunaan alat pedoman posisi
·        Protaktor
·        Alat tulis
·        GPS (Global Positioning System), adalah suatu teknik penentuan posisi dengan bantuan satelit yang di Indonesia belum banyak digunakan untuk  kegiatan outdoor
Selain lima hal tersebut diatas, seorang navigator dapat didukung oleh ketrampilan yang misalnya, membaca arah tanpa kompas, dan tanda-tanda alam yang lain.

MANFAAT

Mengapa kita perlu mengetahui tentang navigasi darat ? Seorang yang menggeluti kegiatan alam bebas, sangat perlu, karena:
1.      Lingkup kegiatan memiliki pola keruangan sehingga bisa dirasionalisasikan.
2.      Sering kali medan yang ada memang asing, sehingga kita perlu beradaptasi
3.      Mempelajari medan adalah sarana untuk menghitung beberapa resiko yang mungkin terjadi.

Namun manfaat langsung yang bisa kita dapat adalah :
·        Mengetahui  keadaan/posisi/lokasi di medan
·        Mengenali  medan yang akan dihadapi
·        Memperkirakan  kesulitan/bahaya yang terjadi
·        Merencanakan  peralatan dan makanan yang diperlukan
·        Menentukan  arah dan tujuan perjalanan
kunci sukses untuk menguasai teknik ini adalah :
·        Mampu  membaca dan merekam gambaran muka bumi
·        Mampu  menggunakan peralatan pedoman arah













Peta

DEFINISI

Peta adalah gambaran konvensional bumi yang diperkecil seperti kenampakan yang sebenarnya, dengan skala yang tertentu dan digambar di atas bidang datar (2D) melalui sistem proyeksi, serta ditambah dengan tulisan sebagai pengenal (GGM, 1994).
Di dalam dunia kartografi digambarkan bahwa selembar peta lebih berharga dari seribu kata. Hal ini benar, karena peta dapat menggambarkan suatu medan dengan kepraktisan dan obyektifitas yang sangat tinggi. Peta yang baik adalah peta yang dapat dipertanggung jawabkan secara visual maupun matematis, yang penting juga bersifat selektif, (generalisasi).

KLASIFIKASI PETA

Untuk macam atau jenis dari peta itu sendiri bisa ditinjau dari lima segi :
Dari jenisnya
1.      Peta Foto, Peta yang dihasilkan dari mosaik fhoto udara/orto foto yang telah dilengkapi pula dengan garis kontur, nama dan legenda. Contoh : peta ortofhoto
2.      Peta garis, Peta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis dan luasan. Contoh : Peta Topografi dan peta tematik.

Dari skala

1.      Peta skala besar     =           1:50.000 atau lebih kecil ( 1 : 25.000)
2.      Peta skala kecil   =             lebih besar skala 1 : 50.000

Dari fungsi

1.      Peta Umum, Peta yang berisi informasi yang cukup lengkap dan jelas. Contohnya : Atlas dan Peta Topografi.
2.      Peta Tematik, Peta untuk keperluan khusus. Contoh : peta jaringan jalan
3.      Chart, Peta yang didesain untuk keperluan navigasi , nautical dan aeronautical.

Dari Tema

Peta ini arti dan tujuannya hampir sama dengan peta tematik. Generalisasi pada peta sering dilakukan, dimana hal ini bertujuan untuk menyeleksi obyek-obyek yang perlu atau tidak untuk dimasukkan sebagai informasi peta sesuai dengan tujuan penggunaan peta tersebut, sehingga dalam perkembangannya peta terbagi dalam beberapa jenis sesuai dengan tujuan penggunaannya. Dari berbagai jenis peta yang telah disebutkan untuk navigasi darat ini lebih cocok menggunakan Peta Topografi serta jenis peta ini akan lebih banyak dikupas.
n
 
Keterangan :
1.      Indeks peta
2.      Judul peta
3.      Induk peta
4.      Penerbit
5.      Petunjuk letak peta
6.      Pembagian daerah  (adaministrasi)
7.      Pembuatan peta (sistem)
8.      Deklinasi magnetis
9.      Skala, selang garis sama tinggi (ci), sistem proyeksi
10.  Singkatan
11.  Sumber
12.  Legenda
13.  Petunjuk pembacaan grid peta
14.  Nomor grid dan letak bujur lintang




Indeks peta
Umumnya berupa tulisan helai 42/XL-D (versi lama) atau 0509-321 (versi baru-peta RBI), Menjelaskan nomor registrasi peta, sesuai urutan pemetaan di Indonesia.
Versi lama, umunya berupa peta topografi hitam putih buatan belanda dan amerika dengan versi terakhir tahun 70-an, sistem gratical (bujur-lintang)
·        Angka Nominal adalah urutan seri peta secara horisontal (kiri-kanan / barat-timur) dengan panjang 0 derajad 10 menit (0°10’0”)
·        Angka Romawi adalah urutan seri peta secara vertikal (bawah-atas / utara-selatan) dengan panjang 0 derajad 10 menit (0°10’0”)

·        Abjad A,B,C, dan D adalah 4 potongan empat bagian dari seri Nominal-Romawi dengan arah searah putaran jam dimulai dari kanan atas



7°10’



7°20’



7°30’



7°40’
 
 
      3º20’       3º30’       3º40’    3º50’       3º50’
47/XLI-D
47/XLI-A
48/XLI-D
48/XLI-A
47/XLI-C
47/XLI-B
48/XLI-C
48/XLI-B
47/XL-D
47/XL-A
48/XL-D
48/XL-A

Versi Baru (RBI), merupakan peta topografi dengan sebutan Peta Rupa Bumi Indonesia yang lebih lengkap informasi didalamnya dan berwarna, versi terakhir 2001, sistem grid (m) dan sistem gratical, dicetak dalam beberapa skala dari 1:250.000 s.d. 1:25.000
·        Empat angka pertama adalah (XXYY), XX urutan seri peta secara horisontal dan YY urutan seri peta secara vertikal, peta RBI dengan hanya memakai nomor ini memiliki skala 1:250.000 dengan luas 1°30’0” BT x 1°0’0”LS
·        Angka ke-5, (XXYY-A) adalah urutan pembagian peta dari peta diatasnya (seri XXYY) yang dibagi atas 6 bagian dengan arah berlawanan arah jarum jam di mulai dari kiri bawah, skala 1:100.000
·        Angka ke-6, (XXYY-AB) adalah urutan pembagian peta dari peta diatasnya (seri XXYY-A) yang dibagi atas 4 bagian dengan arah zigzag ke atas di mulai dari kiri bawah, skala 1:50.000
·        Angka ke-7, (XXYY-ABC) adalah urutan pembagian peta dari peta diatasnya (seri XXYY-AB) yang dibagi atas 4 bagian dengan arah zigzag ke atas di mulai dari kiri bawah, skala 1:25.000









1509-4
1509-5
1509-63
1509-64
1509-61
1509-62
1509-1
1509-2
1509-33
1509-34
1509-31
1509-323
1509-324
1509-321
1509-322

Judul Peta

Menunjukkan daerah yang terpetakan, umumnya berupa nama daerah atau obyek yang menonjol seperti Gunung, jika banyak kota maka dipilih daerah yang terliput paling luas. Saat ini peta RBI pada skala kecil 1:25.000 bisa sampai tingkat Kecamatan

Induk Peta

Menunjukkan induk dari sistem penomoran peta yang umumnya berupa nama propinsi atau distrik

Penerbit dan Tahun Terbit

Menunjukkan perusahan/jawatan yang menerbitkan peta tersebut, umumnya disertai tahun cetak, tahun terbit, dan tahun revisi (jika ada). Saat ini yang mengeluarkan peta indonesia secara resmi adalah Jawatan Topografi AD dan Bakosurtanal
Pembagian Daerah (Indek Administrasi)
Menunjuk batas derah administratif dari daerah yang tercakup dalam peta dari batas negara ke tingkat batas kecamatan.
Pembuatan Peta
Menunjuk metode cara pembuatan peta umumnya dengan cara terrestris (pengukuran lapangan) namun dengan perkembangan teknologi dapat juga dengan cara digital atau cara Analisis Lab menggunakan Foto udara dan Citra satelit .
Deklinasi Magnetis
Menunjukkan penyimpangan arah utara sebenarnya (true north) terhadap arah utara grid yang sejajar dengan grid vertikal dari peta

                  a     b
a  =  1°31’    pada  16,38 km
b  =  0°22’    pada    4,092 km

Skala Peta dan Selang Garis Sama Tinggi (ci)
Skala peta adalah perbandingan jarak mendatar dari dua titik yang sama di peta dengan di lapangan (jarak sebenarnya) dalam satuan yang sama.
Skala sering dipakai pada saat interpretasi peta, karena sangat berpengaruh dalam cakupan dan ketelitian survey. Skala peta ditulis dalam dua sistem:

skala numerik
contoh 1:50.000 berarti 1 cm » 50.000 cm atau 1 cm = 500 m atau 2 cm = 1 km

skala grafis,
0                         1        2       3      4                         7                         10

















Selang garis sama tinggi / Contur indeks (Ci), contoh Ci = 25 meter, artinya beda tinggi antara dua garis yang menunjukkan ketinggian (garis kontur) sebesar 25 m. Dibawah keterangan tersebut ada keterangan sistem proyeksi yang digunakan oleh sumber. Proyeksi ini menentukan distorsi yang terjadi sehingga perlu dipilih sistem proyeksi yang seminimal mungkin mengalami distori karena pengaruh kelengkungan bumi.
Singkatan
Berisi daftar singkatan yang digunakan di peta yang bersangkutan, contoh K = kali; G = gunung
Sumber
Berisi keterangan acuan yang digunakan pembuatan peta tersebut serta badan yang membuatnya.
Legenda
Adalah keterangan yang menjelaskan arti dari setiap simbol, titik, garis, maupun area yang terdapat di dalam peta. Tujuannya adalah untuk memudahkan pengguna dalam menginterpretasi peta, baik obyek ilmiah maupun artifisial. Simbol-simbol ini disajikan tidak sesuai dengan skala peta, misalnya jalan raya.
Petunjuk Pembacaan Grid.
Yaitu petunjuk/cara menentukan koordinat suatu titik/area di dalam peta berdasarkan sistem grid (UTM). Sistem menggunakan cara delapan atau juga enam angka.
UTM (Universal Transversal Mercator) Bumi dibagi menjadi 60 zone dengan panjang satu zone 6°. Zone nomor 1 dimulai dari 180°B – 174°BT terus berlanjut ke arah timur. Lebar satu zone adalah 8° dengan batas parallel atas 84°U dan batas parallel bawah 80°S. Untuk menghindari nilai negatif, meridian tengah dari setiap zone diberi harga 500.000 mE. Garis Equator sebagai datum diberi harga 0 mN (ke utara) dan ke arah selatan diberi harga 10.000.000 mN.
Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone 6°, terletak pada meridian 90°BT – 144°BT. Batas garis parallel 10°LU - 15°LS dengan 4 satuan daerah L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic Reference System)

300.000 mE

500.000 mE

700.000 mE







































400.000 mE


600.000 mE


















Keterangan :
·        Dalam satu zone memiliki panjang bujur 6° dan lebar lintang 8°.
·        Satu zone tersebut memiliki jarak 1.000.000 m untuk panjang dan lebarnya.
·        Satu zone untuk panjangnya (bujur) memiliki harga 0 – 1.000.000 mE dan tetap begitu untuk zone selanjutnya.
·        Satu zone untuk lebarnya (lintang) ke arah utara semakin besar, garis equator sebagai 0 mN. Sedangkan ke arah selatan semakin kecil dengan garis equator sebagai 10.000.000 mN.

Beberapa istilah yang digunakan untuk memahami proyeksi UTM, antara lain:
Garis Meridian   :          garis khayal yang menghubungkan antara Kutub Utara dengan Kutub Selatan berupa setengah lingkaran (busur) yang sama besarnya, dibagi setiap 10°
Garis Paralel    :  garis khayal yang sejajar dengan equator dan tidak sama besarnya, semakin menjauh dari equator akan semakin kecil. Membentang timur barat
Bujur               :  busur yang diukur pada suatu paralel atau disebut longitude
Lintang            :  busur yang diukur pada suatu meridian atau disebut latitude
Transversal      :  nama proyeksi dengan sumbu simetri tegak lurus sumbu bumi atau terletak pada bidang equator
Mercator         :  proyeksi dengan mempertahankan jarak yang sama dengan aslinya yaitu permukaan bumi (equidistance) dan Interval meridian sama

Nomor Grid dan Letak Geografis

Disepanjang garis tepi peta terdapat angka-angka yang menunjukkan grid atau nilai suatu garis terhadap garis-garis yang lain, baik ke kanan maupun ke atas atau ke timur dan ke utara. Harga garis-garis ini digunakan untuk menentukan koordinat obyek dengan sistem grid.
Sedangkan pada setiap sudut peta, terdapat harga atau nilai posisi geografis pada peta tersebut pada permukaan bumi, atau letaknya terhadap posisi garis bujur dan lintang. Satu petak peta tersebut baik ke kiri maupun ke kanan, besarnya atau jaraknya sebesar 0°10’.

Isi peta

Isi peta topografi mencakup 5 ciri:
1.      Relief (ketinggian) ditunjukkan oleh pola garis ketinggian
2.      Perairan (sungai, danau dan lain-lain). Pemukaan air merupakan datum sehingga relief dibawahnya tidak dipetakan, kecuali sungai-sungai kecil di lereng pegunungan.
3.      Tumbuh-tumbuhan (hutan, semak, ladang, dan lain-lainnya). Beberapa tanaman yang dominan sering dicantumkan pada peta, terutama di daerah-daerah perkebunan (tanaman yang diusahakan).
4.      Hasil budaya manusia (jalan raya, rel dan lain-lain). Hasil budaya manusia ini (artifisial) dicantumkan dalam bentuk simbol-simbol misalnya, permukiman, jalan raya dan lain-lain.
5.      Ciri lain yaitu bentukan yang tidak dijumpai di lapangan namun berguna dalam interpretasi peta, yaitu:
·        Grid
·        Batas administrasi
·        Titik ketinggian
Kelima ciri ini merupakan pengklasifikasian kenampakan yang digambarkan pada peta topografi. Semua hasil interpretasi pada peta topografi mengacu dari kelima ciri ini, dan sampai saat ini sudah sangat membantu kegiatan alam bebas di darat, misalnya pendakian.

Proyeksi

Bumi dibagi menjadi 60 zone dengan panjang satu zone 6°. Zone nomor 1 dimulai dari 180°B – 174°BT terus berlanjut ke arah timur. Lebar satu zone adalah 8° dengan batas parallel atas 84°U dan batas parallel bawah 80°S.
Untuk menghindari nilai negatif, meridian tengah dari setiap zone diberi harga 500.000 mE. Garis Equator sebagai datum diberi harga 0 mN (ke utara) dan ke arah selatan diberi harga 10.000.000 mN.
Indonesia terbagi dalam 9 zone, dengan panjang tiap zone 6°, terletak pada meridian 90°BT – 144°BT. Batas garis parallel 10°LU - 15°LS dengan 4 satuan daerah L, M, N, dan P. Bidang referensi digunakan spheroid GRS 1967 (Geodetic Reference System)

Interpretasi Peta Topografi
Peta topografi tidak dapat langsung digunakan begitu saja dalam suatu kegiatan alam bebas, membaca peta ini berarti mau tidak mau harus mengerti “bahasa” yang digunakan. Untuk itu, peta topografi harus diinterpretasi oleh pengguna untuk mendapatkan informasi yang diperlukan.

GARIS KETINGGIAN (KONTUR)

Pada medan yang reltif tidak horisontal (medan dengan beda tinggi daripada tinggi Ci), garis ketinggian, yang disini disebut “kontur” adalah sangat berarti. Garis kontur sendiri adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mengartikan bahwa kurva garis yang digambar memiliki ketinggian yang sama dari permukaan laut. Ini berarti, titik-titik pada garis kontur yang sama memiliki ketinggian yang sama dan akan berbeda pada titik-titik pada garis kontur yang lain. Ci adalah nilai selisih garis kontur dengan garis kontur lain disebelahnya.

Ci = 1/2000 x penyebut skala

Penggunaan relief dengan cara ini mula-mula digunakan N. Cruguis (1728-1730), seorang Belanda menggambarkan Murvede.


Namun rumus ci diatas tidak mengikat, karena garis kontur pada daerah terjal berbeda dengan daerah landai, sehingga ada syarat yang diketahui jika tidak menggunakan rumus diatas yaitu
·        Lebar minimal garis kontur dalam kertas putih (tinta hitam) 0,05 mm
·        Jarak minimal dari garis terdekat 0,25 mm
·        Dalam 1 mm hanya ada 3 garis
·        Obyek selain garis digambar dengan ukuran minimal 0,25 x 0, 25 mm

Sifat-Sifat Garis Kontur:
·        Garis kontur selalu horisontal
·        Garis kontur tidak pernah saling berpotongan, kecuali pada daerah “overhanging clift” (daerah terjal dan memiliki ceruk dibawahnya).
·        Garis kontur tidak pernah bertemu dengan garis kontur lain yang berbeda indeks (angka) konturnya.
·        Garis kontur yang rapat akan menggambarkan medan yang terjal, sedang yang renggang menggambarkan medan yang landai
·        Pada suatu lembah, garis kontur meruncing ke arah hulu
·        Garis kontur selalu membelok dan akan mengikuti lereng lembah ke arah puncak
·        Garis kontur selalu tegak lurus arah aliran yang mengalir di permukaan, misalnya sungai.
·        Garis kontur indeks digambarkan lebih tebal daripada garis kontur lainnya.


Ci rumusnya 1/2000 x penyebut skala, namun seperti diketahui terkadang rumus ini tidak berlaku. Contohnya pada peta skala 1:25.000, Ci = 10 m (1/2.500 x 25.000) = 10 m, peta 25.000 terlihat lebih rapat daripada skala 50.000. Sebenarnya rumus tersebut sebagai perhitungan untuk memudahkan interpretasi dengan garis kontur sehingga pada kemiringan yang sama

Fungsi Garis Kontur

Di lapangan penggambaran medan menjadi sangat berguna karena lingkup medan yang luas di luar jangkauan mata kita, apalagi medan yang tidak rata. Garis kontur dan pola garis kontur memberi masukan informasi penting. Informasi-informasi itu adalah:

Menunjukkan ketinggian dan beda tinggi suatu tempat

 






                                                                      tinggi titik A = 50 + ¼ (25) = 56,25 m
                                                                      tinggi titik B =  75 + ½ (25) =87,5 m

Menunjukkan bentuk lereng

Lereng cembung (convex) dari atas ke bawah garis kontur semakin rapat lereng cekung (concave) dari atas ke bawah garis kontur semakin renggang.

Menunjukkan kemiringan lereng

Kemiringan AB adalah besarnya A dari AAB’ yang merupakan segitiga siku-siku dapat dihitung tg a     = BB’ / AB’


 
 


Misal:
pada skala 1:50.000 AB’      = 2 cm.
Jadi AB’ di lapangan             = 2 x 50.000 cm
                                             = 1.000 m.

Beda tinggi BB’ = 50 m (dua Ci)
tg a = 50/1000 x 100%
= 5%

              = 50/50.000x 57,3 = 2,86°

Menunjukkan relief medan

Namun bentuk ini jika kita akan membandingkan dua pola kontur yang berbeda misalnya di daerah vulkan (gunung api) dengan daerah karst, selan itu perlu juga diperhatikan skalanya.

 

Untuk menentukan bentuk permukaan medan,
Cembungan (punggungan/igir) atau cekungan (lembah/sungai)
Prinsipnya:
·        Punggungan, bila garis kontur secara paralel membentuk seperti huruf U dimana mulut dari huruf ini menghadap ke daerah yang lebih tinggi.
·        Lembah merupakan kebalikan dari punggungan


Menunjukkan Proyeksi 3D

Pada saat mengukur jarak di lapangan pada peta. Perhatikan bahwa, peta merupakan hasil proyeksi, sehingga semua obyek 3D di lapangan diproyeksikan pada bidang datar (2D). Di lapangan, pengukuran jarak sangat dipengaruhi oleh relief yang kurang dapat terbaca pada peta.


JP = jarak di peta
JL = jarak di lapangan
JP x penyebut skala = JL

TITIK KETINGGIAN DAN TRIANGULASI

Titik Ketinggian

Pada peta topografi sering tercantum angka pada garis kontur yang terkecil, angka tersebut adalah Titik ketinggian misalnya 1265 berarti pada titik tersebut ketinggiannya adalah 1.265 meter dari permukaan air laut.

Titik Triangulasi

Titik triangulasi dibuat sebagai acuan pada waktu survey lapangan pembuat peta tersebut. Di titik ini distorsi peta menjadi yang paling kecil, sehingga di titik ini sangat baik sekali untuk orientasi medan. Di lapangan titik  ketinggian tidak ada wujudnya, tetapi untuk titik triangulasi dibuatkan sebuah tugu yang cukup berat namun di banyak lokasi tugu ini terutama peninggalan Belanda banyak yang bergeser, rusak, bahkan hilang namun sekarang telah banyak di renovasi, umumnya ditaruh pada lokasi medan tanah yang tidak mudah berubah oleh longsor/erosi atau pergerakan tanah. Contoh penulisan

   P220       S310       T311       Q321
   2.010        550          590        1.020

Penjelasan 
·        Huruf P, S, T, Q adalah titik ketinggian Primer, Sekunder, Tersier dan Quarter.
·        Nomor 220, 310, 311, 321 menunjukkan nomor kode pembuatan titik triangulasi.
·        Angka 2.010, 550, 590, 1.020 menunjukkan ketinggian diatas pemukaan air laut.


DEKLINASI DAN SUDUT PETA – KOMPAS

Deklinasi


US     =          utara sebenarnya, arah yang menuju arah kutub utara bumi
UP     =          utara peta, arah utara yang ditunjukkan garis grid dan tegak di peta yang menuju keatas
UM   =          utara magnet, utara yang ditunjukkan oleh jarum kompas yang menuju kutub utara magnet



Ikhtilaf Peta (US-UP)
adalah sudut penyimpangan UP terhadap US, dengan UP digambar tegak








 











Ikhtilaf  peta 30’ barat                          ikhtilaf peta 30’ timur

Ikhtilaf Magnet (US-UM)


 
Bujur timur
Sudut kompas                      = sudut peta          – IKH UP – UM
                      (b = c – a)
Sudut peta     = sudut kompas  + IKH UP – UM
                      (c = b + a)

Bujur barat
Sudut kompas                      = sudut peta          + IKH UP – UM
                      (b = c + a)
Sudut peta     = sudut kompas  – IKH UP – UM
                      (c = b – a)

Besar sudut pada diagram deklinasi peta topografi tidak berlaku untuk selamanya melainkan hanya berlaku pada periode 5 tahun.




Menghitung Sudut Kompas

Sudut kompas untuk tahun 1983 dengan lintasan sejauh 30 mil = 18 km
SK = SP + SPM(83)
       = 1°41’ B/30 mil
       = 50°17’
catatan
·        Perhatikan posisi arah dari ketiga garis arah utara tersebut (UP, UM, US)
·        Perhatikan hubungan penyimpangan arah dengan jarak lintasan (pada peta-peta tertentu tidak dihubungkan terhadap terhadap jarak lintasannya
·        Perhatikan besar variasi magnetik pertahun, menjadi bertambah atau berkurang
·        Perhatikan besarnya sudut peta magnet pada saat penyebaran dilakukan
·        Perhatikan hubungan antara peta, sudut peta magnetik, dan sudut kompas sesuai dengan bentuk geometriknya

Setelah sudut peta diketahui, kemudian dihitung harga koreksi-koreksi arahnya, berubah dapat ditentukan besarnya sudut kompas




















IP       = 1°41’ B/30 mil
SPM 42           = 1°41’ B/30 mil
VM 21th          = 1°24’ berkurang
SPM 83           = SPM 42 – VM 21th
          = 0°17’ B/30 mil

IM 42 = IP + SPM 42 = 3°22’ B/30 mil
IM 83 = IP + SPM 83 = 1°58’ B/30 mil

SK = SP, SPM 83


Menghitung Koreksi Arah

Seperti diketahui tiga tipe arah utara yaitu utara magnetik, utara peta, dan utara sebenarnya digunakan pada navigasi darat. Ketiga arah utara tersebut mempunyai hubungan antara satu dengan yang lainnya (IP dan IM). Untuk mengoreksi arah utara yang digunakan menggunakan rumusan sebagai berikut
Pada tahun 1942 iktilaf peta ke arah barat sama dengan 1°31’ B/27 mil, sudut peta peta magnet ke arah barat sama dengan 5°30’ untuk jarak 98 mil (SPM = 5°30’ B/98 mil)

Apabila merencanakan perjalanan sejauh 30 mil dengan sudut peta sebesar 50° beberapa sudut kompas untuk perjalanan tersebut (pada tahun 1983)

IP = 1°31’ B x (30/27) = 9° ‘ B(30/27)
= 101’ B/30
= 1°41’ B/30

SPM = 5°30’ B x (30/98) = 9° ‘ B(30/98)
= 101’ B/30
= 1°41’ B/30

Iktilaf Magnetik untuk lintasan sejauh 30 mil adalah IM = IP + 8°22’ B/30 mil


Menentukan Sudut Peta

Sudut peta dapat kita tentukan dengan cara menghitung ukurannya, sebagai contoh diketahui sudut peta sebesar 50° artinya sasaran yang menyimpang sebesar 50° dari arah utara peta












 


















Keterangan
·        Tarik garis dari titik A ke B bergerak ke arah lintasan
·        Tarik garis yang sejajar sumber peta melalui titik A (adalah utara peta)
·        Ukuran sudut antara garis UP dengan garis AB

catatan
·        Garis-garis arah UM dan US tidak perlu digambarkan pada titik A atau titik B cukup dalam perhitngan saja
·        Gambar diatas tidak menggunakan keterangan geometrik


Koreksi Arah Pada Tahun 1983

Variasi megnetik berkurang (decrease) sebesar 0°4’0” pertahun
Besar veriabel megnetik selama 21 tahun, adalah
VM 21 tahun =  0°4’0” x 21  = 84’ =  1°4’0”
iktilaf magnetik tahun 1993
IM(83)             =  IM(42)    VM(20)
              = 3°22’ B/30 mil – 1°24’0”
              = 1°17’ B/30 mil

 



MENENTUKAN KOORDINAT POSISI

Menentukan suatu tempat di peta dapat ditempuh dengan dua cara yaitu:
Cara pertama adalah dengan menggunakan Koordinat Geografi yaitu menggunakan angka-angka derajad/menit/detik (0°0’0”) disertai Bujur atau Lintang dibelakangnya, umumnya digunakan pada peta-peta produksi 70-an
Penunjukkan tempat dengan sistem koordinat geografi antara lain memakai cara interpolasi, yaitu menunjuk titik pada bidang peta selanjutnya di hitung Bujur Lintangnya dari garis koordinat terdekat.


Text Box: d = 55 cm/15’Text Box: c = 25 cm
 


Contoh diketahui
bujur tepi peta barat = 111° BT
bujur tepi peta timur = 111°15’ BT
lintang tepi peta atas = 7°30’LS
lintang tepi peta bawah = 7°45’LS
jarak a = 30 cm, jarak b = 55 cm/15’
jarak c = 25 cm, jarak d = 55 cm/15’

ditanyakan : koordinat E untuk bujur dan lintangnya ?
jawab: lihat gambar.
koordinat E untuk bujurnya:
            = (a/b x 15’) + 111°BT
            = (30/35 x 15’) + 111°BT
            = 111°08’10.9”BT
koordinat E untuk lintangnya
            = (c/d x 15’) + 7°30’LS
            = (25/35 x 15’) + 7°30’LS
            = 7°36’49.09”LS

Cara kedua adalah dengan menggunakan angka garis grid utara/selatan dan barat/timur (x,y), yang disebut Koordinat Grid

Sistem Empat Angka

Penunjukkan tempat sistem 4 angka dikenal dengan istilak kaartvak/bujursangkar (KV/BS), Caranya :
·        Tentukan dua angka terakhir dari garis grid tegak sebelah kiri dan dua angka terakhir dari garis grid mendatar sebelah bawah untuk daerah yang dimaksud.
·        Untuk menuliskan sebutkan dulu nomor lembar petanya selanjutnya KV-nya. Misal: LP 49/XLI-D KV 6842

43

42


41
 
          66      67     68     69


KV 6842
 





·        Bila daerah yang dimaksud lebih luas dan melebihi satu KV maka cara yang menyebutkan misalnya: LP 49/XLI-D KV GT 67 s.d. 69 GD 41 s.d. 43


43

42


41
 
          66      67     68     69


KV
ET : 67 s.d. 69
ED : 41 s.d. 43
 



Ket:
LP = lembar peta
GT = garis tegak
GD = garis datar

Sistem Enam Angka
Tiap KV/BS panjang sisinya dibagi manjadi 10 bagian yang sama. Cara membacanya:
·        Baca angka garis grid tegak dari kiri ke kanan
·        Baca angka garis grid datar dari bawah ke atas
·        Bacaan dimulai dari titik perpotongan garis tegak dan garis datar, titik koordinat yang dimaksud KIKABATA (dari kiri ke kanan dan dari bawah ke atas), Contoh



Koordinat A = 676424

43



42



41
 
          66         67            68         69










Sistem Koordinat Delapan Angka

Tiap KV/BS panjang sisinya dibagi menjadi 100 bagian yang sama. Cara bacanya seperti sistem enam angka. Contoh:

Koordinat A = 67642485

43



42



41
 
          66         67            68         69










Kompas
            Dapat dikatakan bahwa dalam navigasi darat maupun laut pedoman arah adalah yang paling esential. Permainan navigasi darat berarti manipulasi arah. Arah disini bukan berarti arah kedepan, belakang, atau samping, tetapi arah mutlak (arah mata angin) diseluruh permukaan bumi yang mengacu pada titik utara magnetik yang terletak di Jazirah Boothia, di utara Kanada.

PRINSIP KERJA KOMPAS

Kutub utara magnet kompas selalu menunjukkan arah 0°, sehingga besar arah dari obyek kompas terhadap arah utara magnetis (0°) dapat dihitung. Skala yang digunakan adalah 0° - 360°, yaitu besar sudut lingkaran sempurna atau arah suatu lingkaran penuh.

Jadi, arah ke timur besanya adalah 90°, atau dikatakan memiliki penyimpangan sudut/ pergeseran arah putaran sebanyak 90° dari arah utara. Sistem putaran yang lazim dipakai adalah sistem azimuth, yaitu putaran jarum jam (clockwise) dengan penyebutan sudut dengan NorthEast, sebaliknya sistem back azimuth yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam (counter clockwise) menggunakan penyebutan sudut NorthWest. Apabila sudut dimajukan dari utara ke timur maka putaran sudutnya bernilai 270°. Maka sistem ini perlu ditulis sebagai berikut:
arah      timur     : N90°E      (dibaca : 90 derajad nort ist)
            barat    : N270°E
            Selatan : N180°E
Penulisan seperti ini juga dilakukan apabila ingin menyebutkan besar sudut suatu obyek dari suatu sudut disertai jarak (strike).


JENIS DAN PENGGUNAAN KOMPAS

Ada berbagai jenis kompas dengan fungsi yang berbeda, misalnya kompas orientasi (kompas silva), kompas bidik (kompas prisma), kompas geologi dan lain-lain. Namun yang akan dibahas adalah kompas untuk navigasi darat, yaitu kompas silva dan prisma.

Kompas Silva

Kompas jenis ini digunakan dalam operasi SAR dan untuk keperluan penjelajahan medan. Keistimewaan kompas ini adalah praktis, kuat dan ringan. Kegunaan yang lain adalah dapat berfungsi sebagai penggaris dan busur derajad, serta transparan sehingga mudah untuk plotting di peta.
 
Cara menggunakan kompas silva:
·        Letakkan kompas Silva se horisontal (datar) mungkin di depan dada dengan jarum menghadap utara. Perhatikan bahwa kompas harus selalu datar, meski obyek (sasaran) terletak lebih tinggi atau lebih rendah dari posisi kompas.
·        Tanda panah penunjuk arah diluruskan setepat mungkin dengan obyek.
·        Putar rumah kompas sedemikian rupa sehingga tanda panah penyesuai tepat berhimpit jarum kompas dengan panah tersebut kearah kutub utara magnet.
·        Perhatikan angka/skala tertulis pada piringan pembagi derajad yang berimpit dengan garis lurus dengan garis lurus dari tanda panah penunjuk arah.
·        Angka tersebut adalah besar sudut sasaran.

Kompas Prisma

Kompas ini berbentuk lingkaran tebal dengan piringan jarum kompas yang berputar di dalam cairan minyak. Melalui sebuah prisma, kedudukan jarum kompas dapat dibaca sembil memperhatikan medan/sasaran yang dituju.
Kompas ini sering digunakan untuk keperluan militer. Keunggulan kompas model ini adalah praktis dalam pembacaan dan cukup stabil gerak jarumnya.
Kompas Prisma dan bagiannya
1.      Kotak kompas dengan pembagian arah angin dan cincin karet
2.      Kaca kompas yang dapat diputar dengan pembagian derajad
3.      Pelat yang bercahaya dengan garis tanda dan garis rambut
4.      Garis petunjuk yang bercahaya
5.      Lingkaran kompas dengan pembagian derajad dan jarum kompas yang bercahaya
6.      Gelas kaca bingkai tembaga
7.      Tutup kompas dengan kaca, garis rambut, garis tanda yang bercahaya dibibir pelindung
8.      Pelindung kaca
9.      Sekrup Pengapit
10.  Prisma yang dapat distel, dengan lubang tempat melihat dan cincin jempol untuk pegangan

Cara menggunakan kompas prisma:
·        Buka tutup kompas/tutup tegak luruskan keatas
·        Tutupkan prisma keatas kaca kompas
·        Tarik cincin ke atas ibu jari ke bawah
·        Masukkan ibu jari ke dalam cicin tersebut
·        Arahkan kompas kesasaran dengan melihat celah bidikan pada prisma, garis rambut dan takik tutup kompas, tepat pada sasaran.
·        Baca melalui prisma, berapa derajad angka yang ditunjukkan oleh garis tanda diatas plat bercahaya. Angka tersebut menunjukkan kompas ke benda medan yang dimaksud.

PENGARUH LOGAM TERHADAP JARUM KOMPAS

Pengaruh benda-benda metal terhadap kompas akan menunjukkan ikhtilaf, jarak minimal yang perlu diperhatikan pada saat menggunakan kompas adalah:
Kawat listrik tegangan tinggi      : 40 m
Pagar kawat berduri                 : 10 m
Senjata berat                            : 60 m
Senjata sedang                         : 40 m
Parang, pisau dan logam kecil   : 3 m

KOREKSI KESALAHAN JARUM KOMPAS

Koreksi kompas adalah bilangan yang harus ditambahkan pada angka hasil bacaan kompas, sehingga sudut kompas itu menjadi benar. Korelasi kesalahan jarum kompas diperlukan yaitu untuk memerikas berapa besar penyimpangan sudut kompas bacaan/bidikan dengan sudut kompas hasil perhitungan
1.      Dengan diagram


 
(Sudut peta)/UP – sasaran        =  44°/a. ikhtilaf UP - UM saat itu
                               =  30’ timur/b sudut kompas
hitungan:
Sudut peta - IKH. UP - UM     =          44° - 30’         
                               =   43°30’/c
Sudut kompas bidikan =          45°00/d (-)
koreksi                    =      -1°30’/f


Maka penggunaan kompas tersebut hasil bidikan harus dikurangi 1°30’

2.      Dengan kompas lain.
·        Arahkan kompas yang telah distandarisasi (telah diketahui koreksinya)
·        Arahkan kompas standar ke suatu titik (A) catat sudut kompasnya
·        Arahkan kompas-kompas yang  akan distandarisasi ke titik A tersebut. Cata masing-masing sudut kompasnya.
·        Angka bacaan kompas standart dikurangi angka bacaan kompas yang distandarisasi yang dikoreksi, hasilnya (+) atau (-) ditulis pada kompas yang dikoreksi.
Misalnya sudut kompas standart            = 45°
Sudut kompas yang dikoreksi   = 43°
koreksi                                     = +2°
Maka pada saat menggunakan kompas bertanda +2° si pengguna harus menambah bacaan sudut kompas harus dikurangi koreksi seperti yang tertulis di kompas tersebut.

Teknik Orientasi Medan
Dalam orientasi medan kita harus benar-benar memahami dan menguasi penggunaan peta dan kompas, atau mungkin dapat dibantu alat lain seperti altimeter (alat pengukur ketinggian).

AZIMUTH DAN BACK AZIMUTH

Azimuth adalah sistem pengukuran arah berdasarkan putaran jarum jam (clockwise) Dimulai dari 0° (utara magnet) berputar searah jarum jam atau kearah timur  ditulis N...°E dan penyebutannya angka derajat NorthEast, dan pada prakteknya sudut yang tertulis di lingkaran kompas adalah sudut azimuth. Sebaliknya sistem back azimuth yang berlawanan dengan arah putaran jarum jam (counter clockwise) menggunakan penyebutan sudut NorthWest.
Perbedaan arah putaran menyebabkan perbedaan besar nilai sudut, jika suatu sudut ditunjuk jarum kompas maka ada dua nilai sudut yang diperoleh yaitu azimuth dan back azimuth, meskipun demikian ada dua nilai sudut yang sama baik pada azimuth dan back azimuth untuk posisi jarum yang sama pula yaitu sudut 180° dan 360° = 0°.
Karena standar penomoran derajat adalah azimuth maka nilai yang langsung diketahui adalah azimuth sedang back azimutnya dihitung dengan rumus sederhana
 




Rumus: nilai sudut azimuth = X°

                                                                               Jika X° < 180°     
                                                                               back azimuth = X° + 180°

                                                                               Jika X° > 180°     
                                                                               back azimuth = X° – 180°



Penggunaan di lapangan, bila kita mengincar arah sasaran dengan kompas, maka hasilnya adalah azimuth, yaitu besar arah dari posisi kita ke sasaran, pada saat itu juga berarti arah dari sasaran ke posisi kita adalah sebagai back azimuth

ORIENTASI PETA

Orientasi peta adalah cara orientasi medan yang paling mudah dan sering dilakukan. Prinsipnya adalah mencocokkan bentuk-bentuk medan terhadap informasi yang ditunjukkan oleh peta.
·        Buka lembaran peta secara datar (horisontal)
·        Usahakan agar utara magnetis peta searah dengan utara kompas atau grid peta sejajar dengan kompas
·        Buka pandangan mata seluas-luasnya, dan cocokkan kenampakan medan dengan yang ada di peta

RESECTION

Yaitu teknik untuk menentukan kedudukan kita dengan mengacu pada 2 titik medan yang sudah diketahui pada peta.

1.      Tandai 2 titik atau lebih di medan yang sudah kita ketahui pada peta
2.      Gunakan kompas untuk mengetahui besar arah (azimuth) titik-titik tersebut di medan, misal titik A dan B
3.      Sudut yang dibentuk antara titik A, posisi kita dan titik B, usahakan antara 30° sampai 150° agar perpotongan  sudut nantinya tidak terlalu tajam dan tumpul.
4.      Tentukan arah utara pada kedua titik  tersebut dipeta
5.      Hitung back azimuth dan gambarkan masing-masing dan tiap titik A dan B di peta
6.      Perpotongan kedua garis back azimuth tersebut adalah posisi kita.



INTERSECTION

Yaitu teknik untuk mengetahui tempat lain dari medan ke peta dengan mengacu pada dua kedudukan kita yang sudah diketahui di medan dan di peta. Bila ingin menentukan kedudukan titik C misalnya.

1.      Tandai 2 atau lebih kedudukan kira di peta yang sudah diketahui sebelumnya, misal titik A dan B.
2.      Dari titik A kita tentukan azimut titik C
3.      Kemudian berjalan menuju titik B dan tentukan pula azimut titik C dari tempat ini.
4.      Untuk intersection seperti ini tidak perlu ditentukan back azimuthnya, kita tinggal menggambarkan masing-masing arah dari hasil pengukuran di kedua titik di peta.
5.      Perpotongan kedua garisarah adalah obyek yang kita cari.



LANDMARK

Dengan suatu tembakan arah yang berpotongan dengan “land mark” seperti sungai, inlet, danau, dan lain-lain.
Dengan melihat dan mengamati keadaan bentuk/bentang lama di sekitar titik pengamatan dan disesuaikan dengan pate, pembacaan berdasarkan “land mark” yang jelas, misalnya: (1) pada percabangan sungai (2) pinggir sungai di kaki bukit, (3) perpotongan jalan raya dengan sungai, dan lain-lain.


Atau kadang-kadang kita hanya menarik suatu garis saja, dan kalau kita mengetahui ketinggian kita, maka perpotongan garis kontur dan garis yang kita tarik adalah tempat lokasi kita.
Bagi orang yang sudah melakukan shooting (pembidikan sudut) ataupun penarikan garis. Hanya cukup dengan melakukan orientasi dan pengamatan terhadap bentang alam ataupun gejala alam lainnya sudah dapat mengetahui perkiraan lokasinya di dalam peta.
Berjalan arah kompas menghadapi rintangan.
·        Dari arah semula untuk menghindari rintangan, belok ke kanan/kiri sebesar 90°, arah baru = 75° +90° = 165° (ke kanan).
·        Ukur jarak arah baru dari A ke B dengan langkah (misalnya x langkah)
·        Beloklah di B sebesar 90° lagi, sehingga arahnya sama dengan arah semula.
·        Sampai di C belok lagi sebesar 90° menuju A’ (jarak C - A’ = A - B)
·        Mulai dari A’ teruskan perjalanan seperti arah semula 75°

 

JALAN MENGIKUTI ARAH KOMPAS

Yaitu berjalan secara lurus segaris dengan arah bidikan dari tempat awal ke sasaran/obyek yang dituju
·       
 
Arahkan kompas ke sudut sasaran yang dituju dan kenali titik-titik/tanda  dilapangan yang searah/segaris

·        Jalan menuju sasaran/titik tanda yang dipilih, setelah sampai ke titik tanda pertama, carilah titik tanda kedua pada arah selanjutnya.
Sampai pada tiap-tiap titik, adakan pemeriksaan azimuth belakang /back azimuth. Tujuannya adalah apakah titik tanda yang dituju tersebut betul atau salah/menjaga kita jangan sampai sesat.

 




MEMBUAT KOMPAS SEDERHANA

Membuat Jarum Kompas

Dengan membuat jarum kompas sendiri, Cara ini adalah berdasarkan sifat kemagnetan. Apabila suatu benda logam, digosokkan dengan magnet akan bersifat seperti magnet.
·        Jarum jahit adalah yang paling cocok untuk ini jarum jahit kita gosok dengan magnet, misalnya untuk ujung gunting atau pisau survival dengan melekatkannya. 
·        Apabila kedua bahan tersebut tidak ada, dapat juga dengan kain sutra.
·        Gosokkan harus searah, jangan bolak-balik.
·        Bila jarum sudah bersifar magnet, digantung sebebas mungkin atau diletakkan diatas air dengan alas dari gabus, tissu, kertas, atau daun (perhatikan juga bahan wadah air dan sifat adhesi-kohesi air).

Menggunakan Efek Listrik



 
 
Efek kemagnetan dapat dibuat dengan cara melilitkan logam (jarum jahit) dengan kawat yang dialiri arus listrik DC 2 volt atau lebih.





 
Menggunakan Pisau Silet

Pisau silet dapat dijadikan sebagai jarum kompas, sebab dibuat oleh dua bahan logam yg disambungkan. Efek magnet dapat diambil bila silet tersebut digosokkan pada telapak tangan secara hati-hati.




MENENTUKAN ARAH TANPA KOMPAS

Tanda Fisik Alam/Artifisial

·        Kuburan Islam selalu membujur arah selatan ke utara
·        Masjid menghadap ke Barat kiblat di Indonesia menghadap ke arah Barat Laut
·        Bagian batang pohon yang besar akan sedikit ditumbuhi lumut pada sisi yang menghadap ke timur.

 

Metode Bayangan Batang Kayu



 
Cara sederhana
·        Tancapkan batang kayu kira-kira sepanjang 1 m diatas tanah yang datar.
·        Kayu harus berdiri severtikal mungkin
·        Tandai letak ujung batangan kayu yang jatuh di atas pemukaan tanah
·        Tunggu selama ±15 menit, lalu tandai lagi ujung yang sama, pada posisi bayangan sekarang.
·        Arah yang terbentuk oleh garis yang menghubungkan kedua titik ini adalah timur dan barat.
·        Arah utara selatan. Tentukan pada sisi 90° dari garis tadi.
           
Cara yang lebih Akurat:
·        Cara pertama namun pada waktu pagi hari yang cerah
·        Tandai kedudukan bayangan ujung kaki tersebut
·        Buatlah busur lingkaran yang melalui titik tersebut, dengan jari-jari adalah kedudukan dimana kayu ditancapkan
·        Pada siang hari, bayangan akan semakin pendek.
·        Pada sore hari bayangan akan semakin memanjang lagi dan tandai kedudukan pada saat bayangan ujung kayu kembali menyentuh busur yang digambar.
·        garis yang menghubungkan kedua titik ini adalah arah timur dan barat.

Menggunakan Jam Tangan

            Jam tangan yang digunakan adalah jam tangan yang menggunakan jarum sebagai penunjuk waktu (bukan jam digital). Pada daerah yang terlalu dekat dengan katulistiwa, cara ini kurang akurat.

 
Di belahan bumi Utara

·        Buatlah jam terletak horisontal dan arahkan jarum penunjuk waktu ke “jam” ke arah matahari.
·        Maka diantara arah jam 12 dengan arah jarum jam tersebut membentuk sudut.
·        Garis yang memotong sudut ini menjadi dua sama besar adalah arah utara selatan.

Di belahan bumi selatan

·        letakkan secara horisontal dan arahkan angka 12” ke arah matahari
·        garis yang membagi sudut antara jarum jam adalah angka 12 ke arah matahari.

MENENTUKAN ARAH MALAM HARI

Melihat Bulan

Bila bulan terbit di sorehari sebelum matahari tenggelam maka arah dimana bulan mulai bersinar ada adalah arah barat dan apabila bulan terbit setelah gelap, setelah matahari tenggelam, maka bulan berada pada arah timur.

Melihat Rasi Bintang

Bintang-bintang selalu pada posisi tetap (statis) terhadap bintang-bintang lain disekelilingnya dan menempuh lintasan yang sama tiap malamnya. Bintang-bintang ini akan selalu lebih lambat terbit cakrawalanya selama 4 menit dari hari sebelumnya, memiliki perbedaan waktu terbit selama dua jam tiap bulannya. Bila kita mengamati posisi bintang yang sama pada waktu yang sama, maka akan ditemukan bahwa bintang tersebut bergeser 1° berlawanan arah jarum jamu untuk bintang di belahan bumi utara, dan searah jarum jam untuk bintang di belahan bumi selatan.
Bintang-bintang akan terbit di timur, menempuh lintasan untuk mencapai zenith (pusat bolalangit) dengan jarak yang sama pada saat bintang-bintang itu selalu menempuh dari zenith ke posisi dimana akan tanggelam.

 

Bagian Utara

Ada bebrapa rasi bintang yang cukup jelas untuk menunjukkan kutub utara:
1.      Rasi Bintang Biduk (ursa mayor) atau bintang bajak atau beruang besar
Rasi ini bergerak mengelilingi kutub utara dan merupakan rasi bintang di sekitar ini, ada dua bintang, yaitu Dubhe (x) dan Merak (y) yang menunjukkan kutub utara. Dari bintang Doubhe, kutub utara kita terletak hampir 4 kali lebih jauh daripada jarak antara Doubhe dan Merak.

   
                            Rasi bintang Biduk        Rasi Bintang Cassiopela

2.      Rasi Bintang Cassiopela
Bentuknya seperti huruf W dan juga selalu mengelilingi kutub utara. Namun pada sisi yang berlawanan dari kutub utara tersebut. Pada langit yang cerah, bintang ini berada diantara bintang-bintang pada galaksi Bimasakti, yaitu kabut bintang yang besar. Galaksi ini dapat dijadikan untuk mencari rasi bintang Cassiopela, atau juga bintang biduk. Pusat bintang rasi Cassiopela adalah mengarah ke kutub utara.

3.      Bintang Orion
 
Bintang ini muncul di daerah Equator dan dapat dilihat di kedua belahan bumi utara dan selatan. Rasi bintang ini akan terbit disebelah timur dan tenggelam di sebelah barat. Dengan selalu mempelajari letaknya, kit akan mudah mengidentifikasi arah-arah tersebut. Rasi bintang Orion dapat dikenali dengan mangamati 3 bintang pada bagian tengahnya (pinggang), yang berjajar, lalu konstelasi bintang-bintang lain di sekelilingnya.




Kutub Selatan

Tidak ada bintang yang jelas yang terdapat di sekitar kutub selatan. Namun bintang yang cukup jelas dan terletak agak diluar dari kutub selatan adalah rasi bintang salib (crux) yang terdiri dari 5 buah bintang.

Untuk menentukan kutub selatan adalah dengan membuat garis bayangan dari rasi bintang salib tersebut, sampai memotong cakrawala.



Kemampuan Tambahan
Untuk dapat menguasai pembacaan peta kompas dan melakukan orientasi medan dengan baik, harus memiliki:
1.      Kemampuan membayangkan (imagination power), artinya dengan melihat simbol yang ada dapat membayangkan bagaimana keadaan medan yang sebenarnya.
2.      Ketajaman menganalisa (aksen sence of analysis), yaitu dapat menganalisa setiap kenampakan yang digambarkan di dalam peta baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan.
3.      Latihan yang teratur (regular training), disamping mempelajari dan membaca peta di ruangan, juga harus berani latihan di medan untuk mengecek kebenaran daripada pembacaan dan interpretasinya.
4.      Pengetahuan umum, hal ini perlu karena peta dapat memuat pelbagai kenampakan sedang maksud pembacaan sesuai dengan kepentingan tertentu sering harus memperhaitkan berbagai hal.



Lampiran - Peta kontur Daerah Gunung Merapi


Potongan Peta Citra Daerah Taman Nasional Bromo-Semeru-Tengger
Dengan rute perjalanan ke Gunung Semeru dari Desa Ranupani